Potensi Ekologis Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Jenis Tumbuhan Pewarna Alami di Desa Adat Boti Kecamatan Kie Kabupaten Timor Tengah Selatan Provinsi Nusa Tenggara Timur

Authors

  • Francisca Vainalia Lalur Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Nusa Cendana
  • Ludji Michael Riwu Kaho Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Nusa Cendana
  • Wilhelmina Seran Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Nusa Cendana

DOI:

https://doi.org/10.46703/jurnalpapuasia.Vol9.Iss2.458

Keywords:

Potensi ekologis, hasil hutan bukan kayu (HHBK), tumbuhan pewarna alami

Abstract

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui potensi ekologis hasil hutan bukan kayu jenis tumbuhan pewarna alami serta upaya konservasi yang dilakukan oleh masyarakat di Desa Adat Boti. Penelitian ini menggunakan metode analisis vegetasi (purposive sampling) dan wawancara (snowball sampling). Berdasarkan hasil penelitian di sekitar kawasan hutan di Desa Adat Boti, terdapat 5 jenis tumbuhan yang digunakan sebagai bahan pewarna alami tenun ikat yaitu Mengkudu (Morinda citrifolia) 182,49%, Loba (Symplocos sp.) 147,56% memiliki potensi banyak sehingga harus dipertahankan terus. Sedangkan jenis Tarum (Indigofera tinctoria) 51,77%, Arbila (Phaseolus lunatus L.) 34,57% dan Kunyit (Curcuma longa) 20,30% sesuai dengan syarat tumbuh. Namun dilihat dari pertumbuhannya sampai tingkat semai sehingga potensinya semakin berkurang maka harus di budidayakan kembali. Tumbuhan pewarna di Desa Adat Boti paling banyak ditemukan pada tingkat  kemiringan lereng 0-45% dan tingkat ketinggian 200 sampai > 500 mdpl . Upaya yang harus dilakukan untuk mengatasi tingkat kepunahan spesies tersebut yaitu dengan memberikan penyuluhan tentang pentingnya membudidayakan tumbuhan sehingga dapat dimanfaatkan jangka panjang dan ketersediaan bahan baku pewarna alami dan habitat hidup tumbuhan lainnya akan tetap lestari.

Downloads

Download data is not yet available.

References

Andayani. (2006). Citrarasa tinggi batik alami. Available at: http://kabare. Jogja.com/ b1J5LOZ1WjNWRi9JblVkUmhOIHk%3D= Opened : 20.09.2006.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Timor Tengah Selatan. 2021. Kecamatan Kie dalam angka (2021). Timor Tengah Selatan : Badan Pusat Statistik.

Fitrihana, N. (2007). Teknik eksplorasi zat pewarna alam dari tanaman di sekitar kita untuk pencelupan bahan tekstil. Yogya- karta: LPPM UNY.

Ibeawuchi, I.I. (2007). Landraces legumes: Synopsis of the culture, importance, potentials and roles in agricultural production systems. Journal of Biological Sciences, 7(3): 464-474.

Indriyanto. (2006). Ekologi hutan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Istiawan, N.D., dan Kastono, D. (2019). Pengaruh ketinggian tempat tumbuh terhadap hasil dan kualitas minyak cengkih (Syzygium aromaticum L.) The effect of growing altitude on yield and oil quality of clove (Syzygium aromaticum L. Merr. & Perry.) in Samigaluh Sub-district, Kulon Progo. Vegetalika, 8(1): 27–41.

Leki, B.Y., Seran, W., dan Kaho, N.R. (2023). Identifikasi jenis tumbuhan pewarna alami kain tenun ikat di sekitar kawasan hutan produksi (HP) Bifemnasa Sonmahole, Kecamatan Botin Leobele, Kabupaten Malaka. Jurnal Kehutanan Papuasia, 9 (1): 61-68. DOI: https://doi.org/10.46703/jurnalpapuasia.Vol9.Iss1.429.

Lestari, A.A., Mardenaar, E., dan Mariani, Y. (2018). Pemanfaatan tumbuhan penghasil warna alami untuk tenun ikat oleh Suku Dayak Iban di Dusun Tekalong dan Dusun Kelawik Kapuas Hulu Kalimantan Barat. Jurnal Hutan Lestari, 6 (4): 837-847.

Lubis, S.R. (2009). Keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatra Utara. [Tesis]. Pasca Sarjana Universitas Sumatra Utara. Medan.

Munawaroh, E., Saparita, R., dan Purwanto, Y. (2011). Ketergantungan masyarakat pada hasil hutan non kayu di Malinau, Kalimantan Timur: Suatu analisis etnobotani dan implikasinya bagi konservasi hutan. Berk. Penel. Hayati Edisi Khusus, 7A: 51-58.

Murniati., dan Takandjndji, M. (2015). Tingkat pemanfaatan tumbuhan penghasil warna pada usaha tenun ikat di Kabupaten Sumba Timur. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman, 12 (3): 223-237.

Naat, Y.M. (2017). Konde pria Suku Boti Dalam sebagai simbol identitas: Studi sosial-kultural mengenai konde sebagai simbol identitas pria Suku Boti Dalam. [Tesis]. Program Pascasarjana Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga. http://repository.uksw.edu/handle/123456789/13351.

Nahlunnisa, H., Zuhud, E.A.M., dan Santosa, Y. (2016). Keanekaragaman spesies tumbuhan di areal nilai konservasi tinggi (nkt) perkebunan kelapa sawit Provinsi Riau. Media Konservasi, 21(1): 91–98.

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur. (2018). Keputusan Gubernur No. 404 tetang Hasil hutan bukan kayu unggulan di Provinsi NTT. Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Sabuna, A.C., dan Nomleni, F.T. (2020). Identification of plants natural dye by Meto Tribe in south central timor. IOP Conference Series.Materials Science and Engineering, 823(1) doi:https://doi.org/10.1088/1757-899X/823/1/012037.

Seran, W., dan Hana, Y.W. (2018). Identifikasi jenis tanaman pewarna tenun ikat di Desa Kaliuda Kecamatan Pahunga Lodu Kabupaten Sumba Timur. Jurnal Agrikan, 11(2): 2598-8298. DOI: https://doi.org/10.29239/j.agrikan.11.2.1-8.

Published

2023-12-30

How to Cite

Lalur, F. V., Riwu Kaho, L. M., & Seran, W. (2023). Potensi Ekologis Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Jenis Tumbuhan Pewarna Alami di Desa Adat Boti Kecamatan Kie Kabupaten Timor Tengah Selatan Provinsi Nusa Tenggara Timur. JURNAL KEHUTANAN PAPUASIA, 9(2), 190–205. https://doi.org/10.46703/jurnalpapuasia.Vol9.Iss2.458

Issue

Section

Research Articles